Jumat, 26 Oktober 2012

MARDI YUANA

sejarah panjang Yayasan Mardi Yuana dimulai ketika pada tahun 1936 berdiri Yayasan Claver yang menangani pendidikan sekolah-sekolah di Sukabumi. Setelah berjalan beberapa waktu, pada tahun 1939 peran tersebut diteruskan oleh Yayasan Odorikus yang kemudian didirikan untuk menggantikan Yayasan Claver. Selanjutnya karya Yayasan Odorikus berakhir tahun 1949 dan pada tahun itu juga, tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1949 karya itu diteruskan oleh Yayasan Perguruan Mardi Yuana, yang sekarang menjadi Yayasan Mardi Yuana.
Perjalanan panjang Yayasan Mardi Yuana tidak bisa dipisahkan dengan pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustrus 1945. Peristiwa kemerdekaan ini telah menyemangati bangsa Indonesia untuk memiliki kesadaran diri akan pencapaian hidup yang lebih baik. Hal ini dialami oleh masyarakat Jawa Barat yang juga termotivasi untuk mencapai hidup layak, maju dan sejahtera.
Masyarakat Jawa Barat menyadari bahwa jalan paling efektif untuk itu adalah melalui pendidikan atau sekolah. Pendidikan dipandang sebagai syarat utama transformasi hidup. Tingkat perkembangan jiwa akan dicapai ketika seseorang mengenyam pendidikan yang bermutu dan sanggup membina watak.
Situasi ini ditangkap dan ditanggapi oleh para Pastor Fransiskan. Mereka kemudian menyatakan dukungan kepada Pimpinan Perfek Apostolik Sukabumi untuk mendirikan sekolah-sekolah. Pada awalnya, sekolah yang didirikan barulah Sekolah Dasar di daerah perkebunan, meliputi pedalaman Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Lebak. Para tokoh ini menjalin kerja sama dengan pihak perkebunan yang juga merindukan berdirinya sekolah untuk anak-anak pegawai perkebunan. Bentuk kerja sama waktu itu adalah; pihak Yayasan Mardi Yuana bertanggung jawab untuk menyelenggarakan sekolah, menyediakan guru-guru, dan proses pembelajaran; sedangkan pihak perkebunan bertanggung jawab atas gedung sekolah, sarana-prasarana pembelajaran, dan pembayaran gaji para guru dan pegawai. Kerja sama tersebut berakhir pada tahun 1970-an, dan semua tanggung jawab penyelenggaraan persekolahan Mardi Yuana mulai dari tahun tersebut seluruhnya menjadi tanggung jawab Yayasan Mardi Yuana sampai saat sekarang ini.
Pada 31 Agustus 1949 terbentuk juga Perfektur Apostolik Sukabumi yang dipimpin oleh Mgr. Prof. DR. N. J. C. Geise, OFM. Sebagai Perfektur Apostolik Sukabumi yang kemudian menjadi Uskup Bogor, beliau dikenal sangat bijaksana dan pandai membaca situasi. Beliau mengatakan bahwa berkat kemerdekaan, bangsa Indonesia menyadari pendidikan adalah syarat pokok untuk dapat hidup maju. Pendidikan diyakini mampu menjadi alat transformasi hidup; menjadikan manusia mampu belajar dan berfikir tertib dan teratur. Menurut beliau pendidikan sekolah katolik di daerah yang mayoritas Islam haruslah sungguh mengantar anak didik menuju kedewasaan dan kematangan pribadi, membentuk pribadi yang cerdas dan berkualitas. Pendidikan harus demi pendidikan, bukan untuk menggiring dan menjadikan orang menjadi katolik. Bagi beliau iman kepercayaan merupakan karunia Allah yang sekali-kali tidak terikat pada usaha pendidikan sekolah katolik, walaupun iman memerlukan tingkat perkembangannya antara lain dalam pendidikan.
Prinsip dan pendapat Mgr. Prof. DR, N. J. C. Geise, OFM inilah yang menjadi motivasi bagi berdiri dan berkembangnya Yayasan Mardi Yuana di wilayah Keuskupan Bogor.
Mardi Yuana secara de facto didirikan pada tanggal 1 Agustus 1947 oleh Perfektur Apostolik Sukabumi, Mgr. Prof. DR. N. J. C. Geise, OFM. Secara de jure menjadi badan hukum dengan Akta Pendirian Notaris Sie Kwan Djiou nomor 119 tanggal 26 Agustus 1949. Untuk pertama kali Anggaran Dasar Yayasan diubah dengan Akta Notaris Lie Kwee Nio nomor 81 tanggal 26 November 1960, kemudian diubah dengan Akta Notaris Lanny Hartono, SH nomor 18 tanggal 6 Mei 1986. Dengan adanya Undang-Undang No 16 tahun 2001 tentang Yayasan, disesuaikanlah Anggaran Dasar Yayasan Mardi Yuana dengan Akta Notaris Tin Hendriawati Sucipto, SH Nomor 11 tanggal 29 Juli 2002.
Ada sejumlah tokoh yang berjasa melahirkan dan merintis serta mengembangkan Yayasan Mardi Yuana hingga saat ini. Dari mereka patutlah disebutkan beberapa orang yang pernah menjadi Ketua Yayasan Mardi Yuana, yaitu:

P.M.A. Ismail Hardjawardaja, OFM
RM. Rd. Mas Camillus Sutadi Tjiptokusumo
P.J. Demmers, OFM.
Rm. Andreas Brotowiratmo, Pr.
Sr. Yoanita Widuri, SFS
Rm. Markus Lukas, Pr.
Rm. Agustinus Suyatno. Pr.
Rm. Ignatius Besembun.Pr
Selain itu, nama Rm. Ambrosius Sukarjan Adikarjono, Pr. kiranya patut secara khusus dicatat dalam sejarah Mardi Yuana. Beliaulah pencetus nama Mardi Yuana dan pengarang Mars Mardi Yuana. Lagu ini selalu dikumandangkan pada acara-acara resmi sekolah, misalnya, pelepasan siswa, HUT Mardi Yuana, Upacara Bendera dan lain-lain.